Kamis, 11 Juni 2009

GO WITH THE FLOW?

Kalau kamu sempat mengamati sungai yang mengalir, coba perhatikan baik-baik arus sungai tersebut. Lalu bayangkan kamu berada di tengah-tengah arus sungai tersebut, terombang-ambing kesana kemari mengikuti kemanapun arus sungai itu membawa kamu. Go with the flow. Yap, frase ini sering kali tertanam di pikiran kita manakala kita berada pada situasi dimana kita harus mengambil inisiatif atau menentukan arah kita. Tanpa sadar kita kadang membiarkan diri kita terbawa oleh “arus” tersebut. Orang-orang di sekitar kita, sistem yang melingkupi kita, lingkungan tempat tinggal, dsb. Jika “arus” tersebut memang membawa kita ke arah yang lebih baik, it’s OK. Tapi bagaimana jika ternyata “arus” tersebut menyeret kita ke arah yang salah?
Sebutlah Alex, seorang fresh graduate yang mengikuti proses rekrutasi di sebuah perusahaan ternama untuk menempati posisi asisten supervisor. Tahap-tahap awal rekrutasi tersebut berhasil dilaluinya dengan baik. Sampai pada tahap akhir di mana dia dan kesembilan orang lain yang juga lulus ditempatkan pada suatu ruangan. Setelah menjawab beberapa soal secara tertulis, mentor yang mengetes mereka memberikan kartu berisi diagram penjualan perusahaan selama tahun 2000 sampai 2005 dan data-data pendukungnya. Mentor tersebut meminta mereka memperhatikan diagram itu dan menjelaskan kira-kira kenapa penjualan perusahaan berada pada level tertinggi pada tahun 2004. Alex yang berada pada nomor urut ke-5 dari sesi tersebut heran karena diagram itu menunjukkan kalau penjualan tertinggi berada pada tahun 2002 bukan 2004. Dia pun melirik sekilas kartu peserta tes lainnya di sampingnya. Bentuk diagramnya sama. Alex pun berharap peserta tes yang mendapat giliran pertama menanyakan ketidaksinkronan itu pada si mentor. Tapi itu tidak terjadi. Peserta pertama menjelaskan di depan ruangan dengan fasih mengenai hal-hal yang kira-kira membuat penjualan perusahaan berada pada level tertinggi pada tahun 2004 berdasarkan data-data pada kartu yang dibagikan dan si mentor mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengisi form tes ditangannya. Begitu pula yang terjadi dengan peserta ke-dua dan ke-tiga dan ke-empat. Alex jadi bingung. Tapi begitu gilirannya tiba, dia melakukan hal yang sama dengan peserta tes sebelumnnya.
Nah, apa kira-kira yang terjadi setelah tes itu? Alex yang sudah berharap banyak bakal mendapat pekerjaan itu menunggu dan menunggu, tapi panggilan berikutnya tidak kunjung datang. Ternyata sembilan orang peserta tes dalam ruangan tadi adalah karyawan perusahaan yang menyamar menjadi peserta tes. Hanya Alex sendiri yang merupakan peserta tes dan tes yang sesungguhnya adalah perusahaan mau melihat sejauh mana Alex dapat melihat kebenaran dari kesalahan yang terjadi di sekitarnya dan mempertahankan kebenaran itu. Pasti akan lain ceritanya kalau seandainya Alex menanyakan perihal kekeliruan pada kartu diagram saat tes berlangsung.
Jadi ungkapan “Go With the Flow” tidak selamanya membawa kita ke tempat yang aman. Jika memang kamu merasa benar dan dapat berbuat lebih baik daripada sistem di sekitar kamu, katakanlah “I’m the Flow!!” dan perlihatkan kalau kamu memang beda dan lebih baik.

Tidak ada komentar: